Maksiat

Maksiat adalah bentuk transaksi yang terkait dengan usaha-usaha yang secara langsung ataupun tidak langsung melanggar (menentang) hukum-hukum Allah dan Rasul-Nya.

Contoh: membuat pabrik minuman keras, membuat pabrik obat terlarang, membuat tempat pelacuran, membuat tempat perjudian, perdukunan/paranormal.

عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ وَمَهْرِ الْبَغِيِّ وَحُلْوَانِ الْكَاهِنِ * رواه البخاري كتاب البيوع

Dari Abi Mas’ud, sesungguhnya Rasululoh saw melarang uang hasil penjualan anjing, uang hasil pelacur, dan ongkos para normal.”

Suht (Barang haram)

Barang haram adalah barang-barang yang diharamkan dzatnya untuk dikonsumsi, diproduksi, dan diperdagangkan menurut nash yang terdapat di dalam al-Quran dan al-Hadits. Contoh: minuman keras, narkoba, babi, darah, bangkai, patung, binatang buas yang bertaring dan burung yang memiliki cakar kuku yang kuat.

إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلاَ عَادٍ فَلاَ إِثْمَ عَلَيْهِ إِنَّ اللهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ.البقرة ١٧٣

Sesungguhnya Allah mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ . رواه مسلم عَنْ أَبِي مُوسَى

Setiap (barang) yang memabukkan adalah haram

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ عَامَ الْفَتْحِ وَهُوَ بِمَكَّةَ إِنَّ اللهَ وَرَسُولَهُ حَرَّمَ بَيْعَ الْخَمْرِ وَالْمَيْتَةِ وَالْخِنْزِيرِ وَالْأَصْنَامِ فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللهِ أَرَأَيْتَ شُحُومَ الْمَيْتَةِ فَإِنَّهُ يُطْلَى بِهَا السُّفُنُ وَيُدْهَنُ بِهَا الْجُلُودُ وَيَسْتَصْبِحُ بِهَا النَّاسُ فَقَالَ لاَ هُوَ حَرَامٌ …* رواه مسلم كتاب المساقاة.

Dari Jabir bin Abdillah, sesungguhnya ia mendengar Rasululoh saw bersabda di Makkah saat Fathu Makkah:”Sesungguhnya Allah telah mengharamkan jual-beli arak, bangkai, babi, dan patung.” Maka ditanyakan:” Ya Rasululoh, bagaimana pendapatmu tentang lemak bangkai, karena sesungguhnya ia dibalurkan ke perahu, meminyaki kulit, dan manusia-manusia menggunakan sebagai penerangan.” Maka Nabi bersada:”Tidak boleh, itu haram.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «كُلُّ ذِي نَابٍ مِنَ السِّبَاعِ فَأَكْلُهُ حَرَامٌ» روا مسلم

Artinya : tiap-tiap binatang buas yang bertaring maka memakannya haram.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: «نَهَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ كُلِّ ذِي نَابٍ مِنَ السِّبَاعِ، وَعَنْ كُلِّ ذِي مِخْلَبٍ مِنَ الطَّيْرِ»رواه مسلم

Artinya: dari Ibnu Abas dia berkata: Rasulullah s.a.w. melarang ( mengharamkan ) dari tiap-tiap binatang buas yang bertaring dan tiap-tiap burung yang mempunyai cakar kuku yang kuat.

Risywah (suap)

Risywah secara bahasa artinya al ju’lu/upah dan apa-apa yang diberikan untuk mendatangkan kemaslahatan…( lisan al ’arab dan al mu’jamu al wasith). Al Fayyumy berkata: risywah adalah apa-apa yang diberikan oleh seseorang kepada Hakim atau lainnya agar dia menghukumi baik untuknya atau Hakim membawanya sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh sipemberi suap.( Al Mishbah al munir).

Menurut istilah, risywah adalah apa-apa yang diberikan untuk membatalkan barang yang benar dan membenarkan barang yang batal (salah) (taju al ’arus, al mu’jam al wasith, hasyiatu al thahthawy ’ala al dur 3/177 ).

Hukum risywah( suap)

Risywah (suap) dalam urusan hukum dan risywah yang harus dipertanggungjawaban dari suatu perbuatan hukumnya haram tanpa adanya perbedaan pendapat dan termasuk dosa besar. Allah ta’ala berfirman:

سَمَّاعُونَ لِلْكَذِبِ أَكَّالُونَ لِلسُّحْتِ (سورة المائدة : ٤٢)

Artinya: mereka banyak mendengar untuk berdusta mereka memakan barang haram( suap).

Hasan dan Sa’id bin jubair berkata: yaitu risywah.

Dan Allah berfirman :

وَلا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (سورة البقرة : ١٨٨) .

Artinya: Dan janganlah kalian memakan harta diantara kalian dengan cara yang batal dan kalian membawa dengannya kepada para hakim agar kalian memakan sebagian harta manusia dengan berdosa padahal kalian mengetahui.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: «لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّاشِيَ وَالمُرْتَشِيَ ِفي الحُكْمِ»رواه الترمذي حكم الألباني صحيح باب ما جاء فى الراشى والمرتشى

Dari Abu hurairah dia berkata Rasulullah s.a.w. melaknat pemberi dan penerima suap dalam urusan hukum.

لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّاشِيَ وَالْمُرْتَشِيَ ” وَفِي رِوَايَةٍ زِيَادَةُ ” وَالرَّائِشَ (أخرجه الترمذي ( ٣ / ٦١٤ ـ ط الحلبي ) وقال : ” حديث حسن صحيح ” ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ :

Artinya:Rasulullah s.a.w.melaknat orang yang menyuap dan orang yang menerima suap dan dalam satu riwayat ada tambahan lafadz al raaisy ( H.R.Tirmidzi 3/614 cet aHalaby dia berkata: Hasan shahih dari Abdullah bin Amr dia berkata.

Ahmad meriwayatkan dalam juz 5/279 cet, al maimaniyah dari haditsnya Tsauban dan di dalamnya ada tambahan “warraaisy (Al Mausu’ah 22/221). Haram mencari suap dan memberikannya dan menerimanya seperti halnya haram pekerjaan menjadi perantara antara orang yang menyuap dan orang yang menerima suap (Al Mughny 9/78, Kasysyaf al qina’ 6/316, al zawajir 2/188, al kabair li Dzdzahaby 142, nihayah al muhtaj 8/243, nail al authar 8/277,ibnu Abidin 4/303, mawahibu al jalil 6/120, al muhalla 9/131,157).

Hanya saja boleh bagi seseorang memberikan suap untuk menghasilkan kebenaran atau untuk menolak penganiayaan atau bahaya, adapun dosanya adalah bagi yang menerima suap bukan orang yang menyuap, begitulah menurut pendapat Jumhur Ulama (Kasysyaf al qina’ 6/316, nihayah al muhtaj 8/234, al Qurtuby 6/183, Ibnu Abidin 4/304, al khithab 6/121, al muhalla 9/157, mathalib uli al nuha 6/479). Abu al Laits al Samarqandy berkata: Tidak apa-apa seseorang memberikan suap dari dirinya dan hartanya (al Qurtuby 6/183)…dan dari Atha’ dan Hasan: Tidak apa-apa seseorang melakukan suap dari dirinya dan hartanya jika takut adanya penganiayaan (Kasysyaf al Qina’ 6/316).

Semoga bermanfaat

Jazaakumullahu khaira

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *